HAKIKAT
ANAK DIDIK MENURUT FILSAFAT
Salah satu dimensi
pokok yang tercakup dalam pondasi pendidikan kejuruan adalah asumsi-asumsi
dasar atau konsep tentang hakikat anak didik. Diantara asumsi-asumsi yang cukup
terkenal ada suatu pandangan yang menyatakan bahwa manusia atau anak didik,
pada dasrnya tidak menyukai kegiatan belajar formal dan sedapat mungkin
menghindarinya. Menurut anggapan ini untuk dapat belajar anak didik harus di
paksa, diberi motivasi bahkan kalaiu perlu dengan menggunakan ancaman dengan
kata lain anak didik merupakan penerima pelajar yang pasif meskipun demikian
anak didik masih harus belajar keras. Untuk menguasai yang diajarkan dan
ditugaskan oleh guru. Dai inplementasi dari anggapan ini. Tugas guru adalah
memperkenalkan anak didik kepada hasanah ilmu pengetahuan yang sudah terkumpul
dan struktur agar dengan demikian anak didik dapat berangsur-angsur menyukai
kegiatan belajar.
Anggapan ini yang
memandang manusia sejak dilahirkan dalam keadaan kepala kosong, jiwanya dalam
keadaan bersih bagaikan selembaran kertas putih yang kemudioan sedikit demi
sedikit terisi oleh pengalaman sekolah atau pendidikan, diharapkan dapat
menulis lembar yang kosong dan bersih itu diisi dengan hal-hal yang
diperkirakan akan bermanfaat bagi kehidupan anak didik dalam hala ini jhon lock membedakan dua macam
pengalaman.
1.
Pengalaman diperoleh dengan melalui
panca indra yang menimbulkan sensations
2.
Pengalaman dalam yaitu pengalaman mengenai kegiatan dan
keadaan batin sendiri yang membukakan reflections..
Anggapan lain tentang
anak adalah bahwa anak (manusia), pada dasarnya adalah makhluk yang penuh rasa
ingin tahu, dan gemar belajar serta mempunyai keinginan yang besar untuk
belajar. Selanjutnya pandangan ini juga mempunyai asumsi, bahwa setiap anak
didik mempunyai potensi social, moral, intelektual dan fisik. Potensi-potensi
ini dapat berkembang sangat tergantug pada kualitas dan banyaknya pengalaman
yang didapat dan dihayati oleh anak. Pengalaman inilah yang harus direncanakan,
baik oleh anak didik sendiri maupun oleh sekolah. Sejalan dengan
tahapan-tahapan pertumbuhan anak, sekolah dan guru bertugas membimbing anak
didik dalam mengembangkan rasa tanggung jawab dan disiplin, dengan
memperhatikan kebutuhan dan minat mereka.
Anak didik dapat memacu
dirinya sendiri dalam kegiatan belajarnya, sudah banyak dibuktikan dengan
adanya kegiatan belajar yang direncanakan secara bersama oleh guru dan murid,
dan juga pengalaman pengalaman penerapan metode pemecahan masalah. Kemampuan
siswa dalam mengidentifikasi masalah dan mencari alternative pemecahannya,
didapat melalui metode pemecahan masalah dalam hal tujuan pembelajaran yang
direncanakan anak didik sendiri bukan oleh guru, jauh lebih efektif
dibandingkan prilaku yang semata-mata terjadi karena pengaruh dari luar.
Pernyataan diatas
menegaskan bahwa pengalaman belajar dan ketuntasan belajar, merupakan kepuasan
bagi si anak didik.
Berbagai teori atau
asumsi yang berbeda-beda tersbut diatas, untuk didapat suatu kesatuan gambaran
yang utuh tentang anak, perlu membuat sinesis dengan menggabungkan
komponen-komponen dari teori atau asumsi tersebut. Meskipun tantangan ini
sangat kuat, dan tidak mustahil menghasilkan lebih banyak perbedaan daripada
kesamaannya, tetapi hal ini penting untuk dilakukan mengingat asumsi dasar
tentang anak didik ini sangat diperlukan bagi proses perencanaan implementasi
dan pengembangan pendidikan kejuruan. Pendidikan kejuruan harus memandang anak
didik sebagai seorang yang selalu dalam proses untuk mengembangkan pribadi dan
segenap potensi yang dimilikinya. Pengembangan ini menyangkut proses yang
terjadi pada diri anak didik, proses menjadi lebih dewasa, yang menyangkut
proses perubahan akibat pengaruh eksternal, seperti berubahnya karir akibat
perkembangan social ekonomi masyarakat.
Pendidikan kejuruan
merupakan upaya stimulasi berupa pengalaman belajar, dan interaksi dengan dunia
diluar dari anak didik, untuk membantu mereka dalam mengembangkan diri dan
potensinya. Dengan demikian, perhatian terhadap keunikan tiap individu dalam
berinteraksi dengan dunia luar melalui pengalaman belajar, namun tidak trelepas
dari konteks social masyarakat ini semua tercermin dalam prinsip-prinsip
pendidikan. Dengan kurikulum yang berorientasi ke duni akerja, dan pendidikan
seumur hidup yang secara ril diwujudkan dalam kombinasi pendidikan sekolah dan
pendidikan diluar sekolah dan dalam meniti karir seseorang.
Jadi simpulannya: Hakekat
anak didik merupakan suatu yang harus diketahui oleh para pendidik sebagai
pijakan dalam mengambil kebijakan khususnya yang berkaitan dengan perkembangan
anak didik. Oleh karena itukah didalam kajian filsafat pendidikan pengkajian
terhadap hakekat anak didik menepati posisi yang sangat penting.
Salah satu hakekat anak
didik itu adalah anak didik mempunyai dunia mereka sendiri sehingga anak
bukanlah miniatur dari anak dewasa. Anak mempunyai dunia sendiri yaitu dunia
bermain, maka dari itu semestinya walaupun anak mempunyai tugas belajar, akan
tetapi kebutuhan bermain haruslah dipenuhinya. Akan tetapi sangat disayangkan,
sistim pendidikan kita saat ini telah merampas dunia anak. Misalnya.
Dimana-mana anak dipacu agar terus belajar, dan belajar, contonya seperti:
kegiatan pulang sekolah, mengikuti les, mengundang guru pripat, dan mengerjakan
PR yang diberikan oleh guru di sekolah. Maka tidak heran ketika anak didik
sudah meranjak dewasa seakan malas malas belajar, karena mengalami kejenuhan
belajar atau sekolah bukan lagi sesuatu yang menyenangkan dan membanggakan,
melainkan sekolah merupakan suatu tempat yang menyeramkan tentu situasi ini
tidak kita harapkan dan tidak mau kita biarkan, maka oleh karena itu pemahaman
terhadap hakekat anak didik sangatlah penting khususnya bagi pendidik baik
orang tua maupun para guru.
Daftar Pustaka
-
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan
FIP-UPI. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian
4 Lintas Bidang. PT. Imperial Bhakti Utama. Bandung.2007
-